Sabtu, 21 Februari 2015

Kamu sempat jadi satu-satunya alasanku bertahan.Pada pejalnya tubuh, rengkuh, dan usapan ringanmu di lengankutemukan penjelmaan rumah yang selalu mampumenjebol benteng pertahanan.Tapi seperti manusia urban yang mudah berpindah sesuai kebutuhan kini rasa nyaman yang dulu bisakau berikan perlahan tergantikan.Tak peduli seingin apapun aku meletakkankepala di bahumu demimelepas kepenatan, tindak manja itu kini tak lagi bisa kulakukan. Di antara kita ada batasan. Ada hati yangakan tersakiti jika kau dan aku bertindak berlebihan. Semenggebu apapun rasanya aku ingin bercerita, ketika akhirnya kutemui kau dan kita saling memandang mata — kutahu kini kita tak lagi sama.Kamu sempat jadi rumahku, hanya saja kini secara sadar kau sudah mengganti lubang kunci di kenop pintu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar